Bagiku, air mata adalah kejujuran. Kadang air mata
mampu mengungkapkan apa yang tidak bisa dikatakan
dengan bibir. Air mata pula mampu mengatakan hal yang
jujur saat bibir mulai berkata bohong. Begitupun yang terjadi
padaku. Air mataku tiba-tiba mengalir menganak sungai di
pipiku tanpa bisa aku menahannya. Padahal, aku termasuk
orang yang tidak mudah menangis. Tapi, saat ini aku tidak
memiliki alasan lagi untuk mampu melerai air mataku agar
tidak jatuh.
Rasanya, tidak ada yang lebih menyakitkan di dunia
ini selain karena satu hal yakni saat kita merasa di
kecewakan oleh orang yang justru kita sayangi. Kita masih
bisa pura-pura tersenyum dan tegar saat yang
mengecewakan kita adalah orang yang memang benar-benar
membenci kita.
Tapi, saat yang mengecewakan kita adalah orang
yang kita sayangi dan pernah menyayangi kita rasanya
teramat sakit. Saat kita merasa dikecewakan maka saat itu
pula rasanya kita ingin menatap tajam matanya. Mencari
kejujuran pada matanya. Adakah dia juga diam-diam
menangis karena telah membuat kita menangis?
Saat kita merasa dikecewakan oleh orang yang kita
sayangi, rasanya kita ingin sekali mencoba masuk kedalam
relung hatinya yang paling dalam. Adakah dia juga
sebenarnya merasa sakit hatinya seperti yang kita rasakan?
Tiba-tiba saat itu pula lah pikiran kita akan
menerawang tanpa arah ke beberapa waktu yang silam. Saat
jarak memisahkan, saat waktu masih enggan
mempertemukan.
Aku selalu berusaha menahan rindu yang menyeruak. Aku
selalu berusaha untuk tetap tersenyum saat kamu
menanyakan kabarku di ujung telpon. Tapi, rindu yang mati-
matian aku simpan ternyata hanya berbalas kekecewaan
saat jarak dan waktu tak lagi memisahkan kita.
Ternyata rindu itu memang menyakitkan. Ya, rindu
yang tak pernah mendapat sambutan dari yang dirindukan.
Maka, untuk terakhir kalinya aku akan berusaha
tersenyum meskipun itu senyum kepalsuan. Setidaknya, aku
tidak membuang air mataku hanya untuk melepaskan orang
yang sudah tidak mau bahagia bersamaku lagi. saat kamu
memutuskan untuk menyudahi cerita antara kita maka saat
itu pulalah aku menyadari bahwa air mataku telah terbuang
sia-sia untuk orang yang tak pernah benar-benar
mencintaiku. Karena, aku yakin kelak setelah kau pergi
Tuhan akan mengirimkan seseorang yang kan menghapus
air mataku dengan tulus.
Kini aku memahami satu hal :
”Kita boleh saja memalsukan senyuman, tapi tidak untuk
air mata”.
Pergilah!
Jangan pernah mengingat cerita tentang kita lagi.
karena aku pun begitu. Kita akan sepakat bahwa semuanya
akan terkubur bersama masa lalu.
Kita tidak akan membuka lagi lembaran kisah cinta
kita karena aku tahu itu hanya akan menumbuhkan
kerinduan yang tak pantas pada hatiku dan hatimu. Aku
takut kamu akan merasakan apa yang aku rasakan bahwa
ternyata rindu itu menyakitkan.
***
Rabu, 16 Maret 2016
TERNYATA RINDU ITU MENYAKITKAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar